Oleh:
Michio Kaku
Ahli
fisika teoritis, profesor, penulis buku laris, penggiat iptek populer
Hingga
suatu hari, gapailah bintang-bintang.
Ketika mendiskusikan tentang
kemungkinan perjalanan antar bintang, ada sesuatu yang disebut sebagai “faktor
yang menggelitik” . Sebagian ilmuwan cenderung untuk mencemooh ide perjalanan
antar bintang karena jarak yang sangat besar yang memisahkan bintang-bintang.
Menurut Relativitas Khusus (1905), tidak terdapat informasi tentang sesuatu
yang dapat berjalan lebih cepat daripada cahaya, dan oleh karenanya akan
memakan waktu berabad-abad hingga ribuan tahun bagi suatu peradaban dari luar
Bumi untuk menempuh perjalanan antar bintang. Bahkan bintang-bintang yang kita
kenal di langit malam itu jaraknya kira-kira 50 hingga 100 tahun cahaya, dan galaksi
kita membentang 100.000 tahun cahaya. Galaksi terdekat jaraknya 2 juta tahun
cahaya dari planet kita. Para kritikus mengatakan bahwa pada prakteknya jagad
raya terlalu besar bagi perjalanan antar bintang.
Hal
yang sama, investigasi terhadap UFO yang mungkin berasal dari planet lain
terkadang merupakan “jalur ketiga” bagi karir ilmiah seseorang. Tidak ada
pendanaan bagi seseorang yang secara serius mencari obyek-obyek tidak dikenal
di angkasa, dan reputasi seseorang mungkin akan mengalami penderitaan jika
seseorang memiliki minat terhadap masalah yang tidak lazim ini. Sebagai
tambahan, mungkin 99% dari seluruh penampakan UFO dapat ditolak dan dianggap
sebagai fenomena biasa, misalnya planet Venus, gas rawa (yang dapat berpendar
di kegelapan dengan kondisi tertentu), meteor, satelit, balon cuaca, bahkan
gema radar yang merambat lewat pegunungan. (Apa yang mengganggu bagi seorang
ahli fisika, bagaimanapun, adalah sisa 1% dari penampakan-penampak an ini,
dimana beragam penampakan dipecahkan dengan beragam metode observasi. Beberapa
penampakan yang paling membuat penasaran dilaporkan oleh seorang pilot yang
telah berpengalaman serta dari para penumpang pesawat yang juga terlacak oleh
radar dan direkam dalam video. Penampakan seperti ini sulit untuk ditolak).
Namun bagi seorang astronom, eksistensi kehidupan cerdas di alam semesta ini merupakan ide yang memaksa dari eksistensi itu sendiri, dimana makhluk ET mungkin eksis di bintang-bintang lainnya yang memiliki peradaban berabad atau beribu tahun lebih maju dari kita. Dalam galaksi Bima Sakti sendiri saja, ada lebih dari 100 milyar bintang, yang mungkin membuatnya tidak sesuai bagi kehidupan cerdas, namun setengahnya mungkin memiliki sistem tata surya yang mirip dengan kita. Meskipun sejauh ini telah ditemukan lebih dari 100 planet di luar tata surya kita dimana tidak ada yang mirip dengan Bumi kita, tidak dapat dielakkan bahwa banyak ilmuwan meyakini, bahwa suatu hari kita akan menemukan planet kecil yang serupa dengan Bumi yang memiliki air (air adalah “cairan universal” yang memungkinkan adanya DNA pertama di samudera sekira 3,5 milyar tahun lampau). Penemuan planet yang serupa dengan Bumi mungkin akan membutuhkan waktu 20 tahunan, ketika NASA berniat meluncurkan satelit interferometri angkasa ke dalam orbit yang mungkin cukup sensitif untuk mendeteksi planet-planet yang mengorbit bintang-bintang lain.
Namun bagi seorang astronom, eksistensi kehidupan cerdas di alam semesta ini merupakan ide yang memaksa dari eksistensi itu sendiri, dimana makhluk ET mungkin eksis di bintang-bintang lainnya yang memiliki peradaban berabad atau beribu tahun lebih maju dari kita. Dalam galaksi Bima Sakti sendiri saja, ada lebih dari 100 milyar bintang, yang mungkin membuatnya tidak sesuai bagi kehidupan cerdas, namun setengahnya mungkin memiliki sistem tata surya yang mirip dengan kita. Meskipun sejauh ini telah ditemukan lebih dari 100 planet di luar tata surya kita dimana tidak ada yang mirip dengan Bumi kita, tidak dapat dielakkan bahwa banyak ilmuwan meyakini, bahwa suatu hari kita akan menemukan planet kecil yang serupa dengan Bumi yang memiliki air (air adalah “cairan universal” yang memungkinkan adanya DNA pertama di samudera sekira 3,5 milyar tahun lampau). Penemuan planet yang serupa dengan Bumi mungkin akan membutuhkan waktu 20 tahunan, ketika NASA berniat meluncurkan satelit interferometri angkasa ke dalam orbit yang mungkin cukup sensitif untuk mendeteksi planet-planet yang mengorbit bintang-bintang lain.
Sejauh ini, kita tidak melihat bukti
kuat adanya sinyal yang berasal dari peradaban ekstraterestrial dari planet
manapun yang serupa dengan Bumi. Proyek SETI (Search for Extra-Terrestrial
Intelligence = pencarian kehidupan cerdas di luar Bumi) belum menghasilkan
bukti apapun yang bernilai tentang adanya kehidupan cerdas di alam semesta dari
planet-planet yang serupa dengan Bumi, namun persoalan ini masih perlu untuk
dilakukan analisis ilmiah yang lebih serius lagi. Kuncinya adalah menganalisis
ulang semua faktor yang tidak mendukung atas perjalanan yang dapat melebihi
kecepatan cahaya.
Pandangan kritis terhadap isu ini
harus perlu mencakup dua observasi baru. Pertama, Relativitas Khusus digantikan
oleh Relativitas Umum dari Einstein sendiri yang lebih kuat (tahun 1915),
dimana perjalanan melampaui kecepatan cahaya adalah hal yang tidak mustahil di
bawah kondisi tertentu. Kesulitan yang utama ialah menghimpun energi yang cukup
dari tipe tertentu untuk menembus rintangan cahaya. Kedua, seseorang oleh
karenanya harus menganalisis peradaban ekstraterestrial yang berbasiskan pada
keluaran energi totalnya serta hukum termodinamika. Pada bagian ini, seseorang
mesti menganalisis peradaban yang mungkin lebih maju ribuan hingga jutaan tahun
dari peradaban kita.
Upaya realistis pertama untuk
menganalisis peradaban ekstraterestrial dari sudut pandang hukum fisika dan
hukum termodinamika dilakukan oleh Nicolai Kardashev, ahli astrofisika Rusia.
Ia mendasarkan tingkatan yang ia susun atas kemungkinan adanya peradaban pada
basis keluaran energi total yang dapat diukur dan digunakan sebagai panduan
untuk menyelidiki dinamika peradaban maju:
Tipe I: Peradaban ini
memanfaatkan keluaran energi dari planet
Tipe II: Peradaban ini
memanfaatkan keluaran energi dari suatu bintang, dan menghasilkan sekira 10
milyar kali keluaran energi dari yang dihasilkan oleh peradaban Tipe I.
Tipe
III:
Peradaban ini memanfaatkan keluaran energi dari suatu galaksi, dan menghasilkan
sekira 10 milyar kali keluaran energi dari yang dihasilkan oleh peradaban Tipe
II.
0 komentar:
Posting Komentar